Para Staff Pengajar Keperawatan FIK UNPAD

Para Staff Pengajar Keperawatan FIK UNPAD

Power Point Presentation: Keperawatan Jiwa

Power Point Mengenai Insomnia

KASUS DEPRESI

By Gank-Guan Djiwa

KASUS DEPRESI
Mei 27, 2008

Nana (22th), seorang gadis yang bekerja sebagai operator sebuah perusahaan, datang menjumpai penulis. Ia mengeluh sudah dua bulan belakangan ini menjadi pelupa, sering melamun, dan yang parah lagi setiap hari Nana seperti selalu kehabisan tenaga sehingga merasa kekurangan waktu untuk istirahat setiap harinya.Lain Nana, lain lagi dengan Tari (21th). Gadis yang bekerja di perusahaan yang sama dengan Nana, mengaku sejak tiga minggu pertamanya bekerja, ia sudah merasa adanya sesuatu yang salah pada dirinya. Ia menjadi mudah lelah dan mengantuk, meski jam tidurnya sudah 8 jam sehari. Karena hal tersebutlah, Tari jadi enggan untuk ke luar dormitory selepas kerja, sekedar bersosialisasi dengan tetangga atau teman-temannya. Bahkan dengan teman-teman satu dormitory pun Tari merasa tidak akrab. Sehingga akhirnya ia merasa perlu mengetahui apa yang tengah ia alami saat ini.
Seperti kasus Nana dan Tari di atas, jumlah kasus depresi (ringan hingga berat) yang sesungguhnya bisa lebih besar dari apa yang diketahui selama ini (fenomena gunung es). Apalagi untuk kasus depresi dan gangguan jiwa lainnya memiliki stigma negatif di dalam masyarakat. Mereka yang menderita depresi dan gangguan jiwa lainnya akan mendapat sebutan “gila, sinting, steheng, dll” yang semuanya sangat menyakitkan bagi mereka yang mengalami. Masyarakat memang sering tidak berlaku adil dalam memandang sesuatu. Seharusnya dalam kasus ini, penderita depresi dan gangguan jiwa lainnya mendapat perlakuan yang sama dengan mereka yang menderita sakit fisik.


Depresi, Gejala dan Penyebabnya


Menurut sumber informasi yang diperoleh dari Media Indonesia (19/10/2004), terdapat peningkatan 10 % jumlah orang yang mengalami gangguan jiwa di kota-kota besar Indonesia. Gangguan jiwa disini beragam, mulai dari yang ringan hingga yang diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa berat.
Hal ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih awas dan cermat dalam mengamati situasi dan kondisi orang disekitar kita. Bukan untuk menghindari, tapi justeru untuk dapat memberikan pertolongan sedini mungkin apabila mendapati salah satu orang terdekat kita mulai menunjukan gejala-gejala (symptoms) gangguan jiwa.
Salah satu jenis gangguan jiwa yang populer di masyarakat adalah depresi. Adapun gejala-gejala orang yang menderita depresi adalah: perasaan sedih yang terus menerus, kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, terjadinya perubahan berat badan (bisa naik-bisa turun), gangguan tidur (bisa sulit tidur atau sebaliknya), mudah lelah. Gejala tersebut minimal terjadi selama 2 minggu atau lebih. Gangguan ini bisa menyebabkan orang yang menderitanya memutuskan untuk bunuh diri apabila tidak mendapatkan penanganan yang serius. Penanganan yang serius disini tidak hanya berarti mendapat penanganan dari profesional (seperti psikiater atau psikolog), namun juga harus melibatkan lingkungan terdekat penderita. Lingkungan terdekat penderita depresi (keluarga, pasangan hidup, pacar, atau sahabat) dapat menjadi sumber dukungan sosial (social support) bagi percepatan pemulihan kondisi psikologis penderita depresi.

Menurut perkembangan dunia medis, diketahui bahwa depresi memiliki dasar biologis. Bukti-bukti yang ditemukan dari penelitian selama ini, menunjukkan bahwa para penderita depresi memiliki kandungan neurotransmitter norepinephrine yang rendah di dalam otak mereka. Namun, penyebab rendahnya zat ini dalam otak penderita depresi masih menjadi bahan diskusi yang menarik diantara para ahli. Namun para ahli sepakat bahwa faktor psikososial penderita menjadi salah satu pencetus rendahnya neurotransmitter norepinephrine ini.
Faktor psikososial yang dimaksud disini adalah: situasi dan kondisi yang tengah dialami oleh penderita depresi. Dari faktor sosial: tingkat ekonomi, lingkungan kerja, keluarga, hubungan interpersonal, dll. Sedangkan faktor psikologi yang dimaksud disini adalah faktor kepribadian (personality) seseorang.
Dari penelitian para psikolog ditemukan fakta bahwa mereka yang memiliki ciri kepribadian: selalu mengalah, selalu terlihat baik, teratur, dan introvert, memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi depresif. Karena, mereka yang memiliki ciri kepribadian diatas biasanya kesulitan untuk mengekspresikan rasa marah (agresif) dan cenderung memilih untuk menekan perasan-perasaan tersebut.
Intinya, apabila kondisi di atas terjadi terus menerus dan diluar ambang toleransi seseorang, maka orang tersebut menjadi frustrasi dan akhirnya mengantarkan pada kondisi depresif. Gabungan dari semua faktor yang telah disebutkan di atas itulah yang menyebabkan seseorang menderita depresi.


Penangan Depresi


Penderita depresi mulai dari yang ringan hingga berat membutuhkan penanganan dan perhatian khusus guna memulihkan kondisi psikologisnya. Bagi mereka yang masih dalam kategori depresi ringan, perhatian dan dukungan dari orang terdekat adalah obat mujarab bagi penderitanya.
Dengan perhatian dan dukungan tersebut diharapkan penderita depresi mau menceritakan kesulitan yang tengah dihadapinya sehingga ia tidak merasa sendiri dalam menghadapi permasalahan dalam hidup. Pada saat penderita depresi mau menceritakan kesulitannya dan mau berbagi dengan orang lain, maka proses penyembuhan pun telah dimulai. Semakin banyak yang mau dibagi, maka semakin besar peluang pemulihan bagi penderita depresi. Disini peran orang terdekat penderita depresi memiliki arti yang sangat penting bagi proses pemulihan. Setiap orang, sebaiknya belajar untuk memiliki keterampilan untuk berempati sehingga mampu membina hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Selain sangat berguna dalam pergaulan, kemampuan berempati dapat membantu penderita depresi mencurahkan perasaannya sebagai bagian dari proses pemulihannya. Namun apabila kita menghadapi penderita depresi yang sudah cukup berat, maka jangan pernah ragu untuk menghubungi profesional yang memang biasa menangani kasus-kasus semacam itu (psikiater atau psikolog). Selain memerlukan konselling mendalam, pada kasus-kasus depresi berat, biasanya pemberian obat anti depresan digunakan dokter untuk menaikkan mood penderita depresi. Tujuannya agar psikiater atau psikolog tetap memiliki kontak dengan penderita depresi yang biasanya menunjukkan ciri-ciri penarikan diri yang cukup parah.
Penyelesaian masalah yang dihadapi penderita depresi pun tetap harus diselesaikan oleh penderita depresi tersebut. Fungsi psikiater atau psikolog disini adalah sebagai pembimbing yang membantu penderita depresi menemukan akar masalahnya dan menumbuhkan tanggung jawab pribadi penderita untuk mau menghadapi masalahnya dan tidak tenggelam dalam kondisi depresi. Konselor akan tidak henti-hentinya memberikan semangat dan memotivasi penderita bahwa ia mampu bertumbuh secara wajar dan menjadi pribadi yang sehat. Gejala-gejala (symptoms) yang ada tidak mewakili dirinya, ia hanya seperti tamu tidak diundang yang akan pergi apabila kita tidak mengijinkannya untuk tinggal di dalam rumah jiwa kita. Jadi, bila ada masalah dalam hidup ini jangan pernah dipendam sendiri, bagilah dengan orang-orang yang kita percaya. Bisa pacar, sahabat, guru kita, atau siapa saja yang mampu membuat kita berlama-lama mencurahkan isi hati kita. Curhat bukan menunjukkan kelemahan kita, dengan curhat berarti kita menghargai dan menyayangi diri kita. Bukankah seseorang yang mencintai sesuatu atau seseorang mengetahui apa yang dibutuhkan sesuatu atau seseorang yang kita cintai tersebut? So, masalah? curhat aja lagi!

1 comment so far.

  1. Anonim 17 Juli 2008 pukul 20.22
    artikel anda ada di:
    http://psikologi.infogue.com/
    http://psikologi.infogue.com/kasus_depresi

    anda bisa promosikan artikel anda di infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

Something to say?